Mendayung Di Asa Kota Yang Indah

Asa Kota yang indah adalah laut sempit yang menjadi satu-satunya pintu masuk di teluk Bima. Asa Dalam Bahasa Bima berarti Mulut. Kota berarti Kota. Jadi Asa kota adalah mulut Kota yang menjadi penghubung Bima dengan negeri-negeri lainnya. Mendayung di antara ketenangan laut Asa Kota yang dibalut panorama indah di sekelilingnya sungguh menakjubkan.

Sumpah Oi Ule

Pantai Ule atau yang dikenal dengan Oi Ule, disamping memiliki panorama indah juga menyimpan romantika dan kenangan sejarah di masa lalu. Pada abad XVII pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahir I (1640-1648 M) di tempat ini bermukim para mubaliq dari tanah Melayu (Minang dan Pagaruyung).  Di balik rona keindahan pantai di sisi utara teluk BimaLanjutkan membaca “Sumpah Oi Ule”

Teluk Di Bibir Teluk

Sisi utara teluk Bima memanjang sekitar 20 kilometer dari ujung utara kelurahan Melayu Kota Bima hingga kelurahan Kolo di ujung utara. Disini terbentang pantai-pantai dan teluk-teluk mungil yang indah mempesona. Ada empat teluk Mungil yang telah lama menjadi tempat persinggahan kapal-kapal nelayan dan para pedagang sejak dulu, yaitu teluk So Nggela, Toro Londe,  Bonto sertaLanjutkan membaca “Teluk Di Bibir Teluk”

Keunikan Rumah Tradisional Donggo

Bima dan Donggo memang unik. Meski berada dalam satu rumpun wilayah, namun adat dan budaya orang Bima dan Donggo memiliki perbedaan baik dari segi bahasa maupun adatnya. Menurut penelitian Antropologi, Orang-orang Bima(Mbojo) yang mendiami sebelah timur dan selatan teluk Bima merupakan keturunan campuran yang berasal dari Melayu dan suku-suku lainnya. Sedangkan orang-orang Donggo Ele( diLanjutkan membaca “Keunikan Rumah Tradisional Donggo”

Rumah Dan Filosofi Para Leluhur

Bagi masyarakat Bima Rumah atau Uma Ngge’e Kai  merupakan kebutuhan paling pokok dalam kehidupan keluarga. Dalam falsafah masyarakat Bima lama bahwa orang yang baik itu  yang berasal dari keturunan yang baik, harus mempunyai istri yang berbudi mulia, rumah yang kuat dan indah, senjata pusaka yang sakti dan kuda tunggang yang lincah. Dari ungkapan di atas,Lanjutkan membaca “Rumah Dan Filosofi Para Leluhur”

Makna Dibalik Aneka Motif Tenunan Bima

Pada masa kejayaan kesultanan Bima, hasil tenunan seperti Tembe(Sarung), Sambolo(Destar) dan Weri (Ikat Pinggang) cukup laris dalam  perdagangan Nusantara. Para pembeli terpikat dengan tenunan Bima bukan hanya karena mutunya tapi juga mootif khas yang berbeda dengan motif tenunan suku-suku lainnya. Tenunan Bima yang tersohor pada masa itu adalah Tembe songke (Sarung songket) dan Sambolo Songke(DestarLanjutkan membaca “Makna Dibalik Aneka Motif Tenunan Bima”

Gerabah Bima Diambang Kepunahan

Kerajinan Gerabah sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat Bima. Kelompok masyarakat yang dikenal sebagai pengrajin Gerabah ialah masyarakat di Kelurahan Rabangodu utara maupun selatan kota Bima. Karena komunitas masyarakat tersebut berprofesi sebagai pengrajin Gerabah yang dalam bahasa Bima disebut “ Ngodu” maka pemukiman mereka disebut dengan Rabangodu. Sejak zaman dulu orang-orang di kampung ini menggeluti usahaLanjutkan membaca “Gerabah Bima Diambang Kepunahan”

Sejarah Temba Romba

Di desa Sumi kecamatan Lambu terdapat sebuah Sumur tua yang usianya diperkirakan sekitar lebih dari 3 abad. Masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Temba Romba. Temba berarti sumur. Romba sejenis kuningan.  Sejarah sumur ini merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari proses islamisasi di tanah Bima yang berawal dari tanah Sape dan Lambu. Bahkan keberadaan Temba RombaLanjutkan membaca “Sejarah Temba Romba”

Pasukan Jara Sara’u Dan Jara Wera

Sebagai sebuah kerajaan yang berpengaruh di wilayah timur Nusantara, Bima memiliki pasukan berkuda atau kavalerry yang cukup tangguh. Hal ini didukung oleh banyaknya populasi kuda di daerah ini dan juga keahlian masyarakatnya menunggang kuda. Meskipun kecil, kuda-kuda Bima dikenal  cukup tangguh baik untuk kepentingan perang maupun transportasi. Sejak abad ke-17, kuda-kuda Bima banyak dieksport keluarLanjutkan membaca “Pasukan Jara Sara’u Dan Jara Wera”

Parang Sakti Kerajaan Bima

Parang atau golok ini konon memiliki kesaktian terutama jika digunakan disaat-saat genting pada masa kejayaan kerajaan dan kesultanan Bima. Dijuluki La Nggunti Rante karena konon dapat memotong apa saja termasuk Baja dan Besi. Menurut Kitab BO (Kitab Kuno Kerajaan Bima) parang ini dibuat pada abad ke-14 yaitu pada masa Pemerintahan Batara Indera Bima. La NgguntiLanjutkan membaca “Parang Sakti Kerajaan Bima”

Berkunjung Ke Nggaro Lo

Kampung Nggaro Lo terletak di tenggara Kota Bima, tepatnya di kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima. Terletak dilereng bukit Penanae  sekitar 3 kilometer dari kota Raba Bima. Memasuki kampung ini pandangan kita tertuju pada bekas Rubu-Rubu( sejenis tempat penempaan dan perapian besi-besi  dan tempat mengolah besi menjadi alat-alat pertanian atau perkakas rumah tangga seperti pacul,Lanjutkan membaca “Berkunjung Ke Nggaro Lo”

Uma Lengge Mbojo

Lengge merupakan salah satu rumah adat tradisional Bima yang dibuat oleh nenek moyang suku Bima(Mbojo) sejak zaman purba. Sejak dulu, bangunan ini tersebar di wilayah Sambori, Wawo dan Donggo. Khusu di Donggo terutama di Padende dan Mbawa terdapat rumah yang disebut Uma Leme. Dinamakan demikian karena rumah tersebut sangat runcing dan lebih runcing dari Lengge.Lanjutkan membaca “Uma Lengge Mbojo”